Hardcopy & Softcopy
Pengembangan Peta Status Gizi Balita dan Prevelansi Stunting
Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam isu kekurangan gizi kronis pada balita, yang ditunjukkan oleh tingginya prevalensi balita stunting. Untuk mengukur efektivitas dan mempertajam penargetan upaya pencegahan stunting, pemerintah memerlukan informasi mengenai tingkat dan sebaran prevalensi balita stunting pada tingkat wilayah administrasi yang lebih rendah dari tingkat kabupaten/kota. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan informasi status gizi balita, termasuk prevalensi stunting, sampai dengan tingkat desa/kelurahan. Metodologi yang dipilih untuk menghasilkan Peta Status Gizi Balita diadopsi dari pendekatan Small Area Estimation (SAE) yang dikembangkan oleh Elbers, Lanjouw dan Lanjouw (2003). Model estimasi indikator status gizi ditentukan untuk masing-masing indikator: stunting, wasting dan underweight. Model estimasi masing-masing indikator menggunakan acuan angka prevalensi status gizi untuk z-score -2 dan -3 di tingkat kabupaten/kota. Pada tahap awal, pengembangan peta ini difokuskan pada lima kabupaten yang termasuk dalam 100 kabupaten/kota prioritas upaya pencegahan stunting. Walaupun cakupan wilayah peta ini masih terbatas pada lima kabupaten, peta status gizi ini diharapkan dapat dikembangkan secara menyeluruh, mulai dari kabupaten prioritas penanganan stunting hingga mencakup seluruh kabupaten/kota. Pengembangan peta status gizi dan prevalensi stunting diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan sistem penargetan kebijakan prioritas dalam upaya penurunan stunting.
Tidak tersedia versi lain